Content:
Pendahuluan
Content on this page:
Pendahuluan
Epidemiologi
Patofisiologi
Etiologi
Faktor Risiko
Klasifikasi
Content on this page:
Pendahuluan
Epidemiologi
Patofisiologi
Etiologi
Faktor Risiko
Klasifikasi
Pendahuluan
Demensia adalah sindrom klinis yang ditandai oleh gangguan ≥ 1 fungsi kognitif yang mencakup memori, orientasi, kalkulasi, bahasa, penilaian, fungsi eksekutif, fungsi visuo-spasial, dan visuo-motor. Dapat disebabkan oleh berbagai etiologi, seperti penyakit Alzheimer (PA; AD), penyakit serebrovaskular, kondisi neurodegeneratif lain (misalnya demensia penyakit Parkinson, demensia dengan badan Lewy [DBL]) dan penyakit lain yang memengaruhi otak.
Epidemiologi
Per tahun 2023, lebih dari 55 juta orang menderita demensia, dengan lebih dari 60% tinggal di negara berpendapatan rendah dan menengah. Hampir 10 juta kasus didiagnosis setiap tahun. Pada 2030, diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat menjadi 82 juta, dan lebih dari 130 juta pada 2050.
Di Asia, terdapat 22,9 juta orang yang hidup dengan demensia, dengan sebanyak 3,6 juta orang terdampak di Asia Tenggara. Jumlah ini diperkirakan meningkat tajam menjadi 12,09 juta pada 2050. Di Amerika, diperkirakan 9,4 juta orang hidup dengan demensia, sementara di Eropa 10,5 juta dan 4 juta di Afrika.
Saat ini, prevalensi demensia yang distandardisasi berdasarkan usia berkisar 5–7%, dengan perempuan terdampak lebih besar secara tidak proporsional. Pada orang berusia ≥ 60 tahun, prevalensi diperkirakan berkisar dari 4,7% di Eropa Tengah hingga 8,7% di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Di Asia, terdapat 22,9 juta orang yang hidup dengan demensia, dengan sebanyak 3,6 juta orang terdampak di Asia Tenggara. Jumlah ini diperkirakan meningkat tajam menjadi 12,09 juta pada 2050. Di Amerika, diperkirakan 9,4 juta orang hidup dengan demensia, sementara di Eropa 10,5 juta dan 4 juta di Afrika.
Saat ini, prevalensi demensia yang distandardisasi berdasarkan usia berkisar 5–7%, dengan perempuan terdampak lebih besar secara tidak proporsional. Pada orang berusia ≥ 60 tahun, prevalensi diperkirakan berkisar dari 4,7% di Eropa Tengah hingga 8,7% di Afrika Utara dan Timur Tengah.
Patofisiologi
Patofisiologi
demensia bersifat kompleks dan multifaktorial. Jalur akhir melibatkan akumulasi
dan agregasi produk, termasuk protein yang salah lipat, dan/atau keterkaitan
dengan penyakit serebrovaskular. Pada kasus PA (AD), ciri patologis mencakup
akumulasi plak amiloid serebral dan anyaman neurofibriler. Pada PA (AD),
terdapat produksi berlebih dan/atau pembersihan yang menurun terhadap peptida
amiloid β. Seiring dengan ini, terdapat hiperfosforilasi protein tau,
yaitu protein terkait mikrotubulus yang membantu perakitan mikrotubulus.
Setelah PA, DBL ditandai oleh akumulasi protein sinaptik α-sinuklein menjadi
badan Lewy dan neurit di otak. Faktor lain, seperti deplesi neurotransmiter,
kehilangan sinaps saraf, disfungsi mitokondria, stres oksidatif, iskemia
inflamasi, sinyal insulin abnormal, dan metabolisme kolesterol juga berperan
dalam patofisiologi demensia.
Alzheimer Pathophysiology
Alzheimer PathophysiologyEtiologi
Penyebab demensia yang berpotensi reversibel meliputi:
Infeksi (misalnya meningitis, ensefalitis)
Ensefalopati toksik atau metabolik (misalnya hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12, sindrom terkait alkohol)
Gangguan inflamasi (misalnya ensefalopati autoimun)
Neoplasma intrakranial
Hidrosefalus (hidrosefalus obstruktif atau bertekanan normal)
Delirium
Epilepsi
Depresi dan kondisi psikiatri lainnya
Obat antikolinergik
Cedera otak traumatik
Penyebab demensia yang ireversibel meliputi:
Penyakit degeneratif (misalnya PA [AD], penyakit Parkinson, demensia frontotemporal, DBL)
Penyakit serebrovaskular (misalnya stroke, penyakit pembuluh kecil)
Kelainan genetik (misalnya sindrom Down)
Infeksi (misalnya meningitis, ensefalitis)
Ensefalopati toksik atau metabolik (misalnya hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12, sindrom terkait alkohol)
Gangguan inflamasi (misalnya ensefalopati autoimun)
Neoplasma intrakranial
Hidrosefalus (hidrosefalus obstruktif atau bertekanan normal)
Delirium
Epilepsi
Depresi dan kondisi psikiatri lainnya
Obat antikolinergik
Cedera otak traumatik
Penyebab demensia yang ireversibel meliputi:
Penyakit degeneratif (misalnya PA [AD], penyakit Parkinson, demensia frontotemporal, DBL)
Penyakit serebrovaskular (misalnya stroke, penyakit pembuluh kecil)
Kelainan genetik (misalnya sindrom Down)
Faktor Risiko
Demensia bersifat multifaktorial, disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi:
Usia lanjut: Usia ≥ 65 tahun merupakan faktor risiko untuk demensia apa pun
Jenis kelamin: Perempuan memiliki risiko demensia yang lebih besar, terutama PA (AD)
Genetik:
PA onset dini: Disebabkan oleh mutasi autosomal dominan pada 3 gen yang telah diidentifikasi; prekursor protein β-amiloid pada kromosom 21, presenilin 1 pada kromosom 14, dan presenilin 2 pada kromosom 1
Onset lambat (> 65 tahun): Multifaktorial tetapi melibatkan predisposisi genetik kuat yang kompleks dan heterogen
Gen apolipoprotein: Kehadiran varian ε4 berkontribusi terhadap perkembangan PA onset lambat maupun PA sporadik onset dini
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi:
Kardiovaskular: Hipertensi, diabetes melitus (DM), obesitas, dan merokok
Penyakit psikiatri: Depresi di usia lanjut berkaitan dengan peningkatan demensia sebesar 2 kali lipat
Gaya hidup: Konsumsi alkohol berlebihan, inaktivitas fisik, dan hubungan sosial yang terganggu
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi:
Usia lanjut: Usia ≥ 65 tahun merupakan faktor risiko untuk demensia apa pun
Jenis kelamin: Perempuan memiliki risiko demensia yang lebih besar, terutama PA (AD)
Genetik:
PA onset dini: Disebabkan oleh mutasi autosomal dominan pada 3 gen yang telah diidentifikasi; prekursor protein β-amiloid pada kromosom 21, presenilin 1 pada kromosom 14, dan presenilin 2 pada kromosom 1
Onset lambat (> 65 tahun): Multifaktorial tetapi melibatkan predisposisi genetik kuat yang kompleks dan heterogen
Gen apolipoprotein: Kehadiran varian ε4 berkontribusi terhadap perkembangan PA onset lambat maupun PA sporadik onset dini
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi:
Kardiovaskular: Hipertensi, diabetes melitus (DM), obesitas, dan merokok
Penyakit psikiatri: Depresi di usia lanjut berkaitan dengan peningkatan demensia sebesar 2 kali lipat
Gaya hidup: Konsumsi alkohol berlebihan, inaktivitas fisik, dan hubungan sosial yang terganggu
Klasifikasi
Penyakit Alzheimer (PA; AD)
PA (AD) adalah penyebab demensia tersering. Mayoritas pasien berusia 65 tahun atau lebih, sedangkan tipe familial, yang lebih jarang, dijumpai pada pasien berusia < 65 tahun. Pada PA (AD), gejala awal yang paling umum adalah gangguan memori jangka pendek, diikuti gangguan kognitif pada ranah lain beberapa tahun kemudian. Setelah kehilangan memori, terdapat kehilangan fungsi eksekutif, disfungsi bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, dan kehilangan fungsi visuo-spasial. Gejala psikiatri seperti depresi, iritabilitas, kecemasan, apati, agitasi, dan agresi sering terjadi. Kejang dan mioklonus biasanya muncul pada tahap akhir penyakit.
Demensia Vaskular
Dilaporkan sebagai penyebab demensia kedua tersering, ini adalah tipe demensia yang disebabkan oleh efek penyakit serebrovaskular terhadap fungsi kognitif. Demensia vaskular dapat muncul secara mendadak atau dengan progresi bertahap. Pasien biasanya memiliki riwayat stroke atau tanda dan gejala neurologis fokal yang terkait. Ciri khas penyakit adalah gangguan menonjol pada fungsi eksekutif yang dapat disertai apraksia, penurunan progresif gaya berjalan, perhatian, dan perencanaan. Defisit kognitif akan bergantung pada bagian otak yang terdampak lesi vaskular. Demensia vaskular sering koeksis dengan PA (AD), dikenal sebagai demensia campuran, yang ditandai oleh demensia progresif bertahap terjadi pada konteks penyakit serebrovaskular yang sudah diketahui. Demensia vaskular onset muda dapat memiliki asal genetik.
Demensia dengan Badan Lewy (DBL)
DBL ditandai oleh demensia, fitur parkinsonian (misalnya bradikinesia, rigiditas, dan/atau instabilitas postural), fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang menonjol dan berulang. DBL diketahui memiliki evolusi gejala yang lebih cepat dibanding PA. Dibandingkan dengan PA, pasien DBL memiliki lebih banyak masalah pada fungsi eksekutif seperti perencanaan, memprioritaskan dan pengurutan, serta gangguan fungsi visuospasial. Namun, pasien DBL memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memori verbal dibanding pasien PA. Fitur pendukung DBL termasuk sensitivitas neuroleptik, jatuh berulang, dan sinkop atau episode hilang kesadaran sementara. Awitan gejala kognitif terkait fitur parkinsonian adalah ≤ 1 tahun. Penting untuk mengenali DBL terkait reaksi yang mengancam jiwa, khususnya efek samping ekstrapiramidal, dari obat antipsikotik.
Demensia Penyakit Parkinson (DPP)
Risiko jangka panjang demensia pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah 27% pada 10 tahun, 50% pada 15 tahun, dan 74% pada 20 tahun. DPP ditandai oleh perlambatan kognitif dan motorik, gangguan memori, dan disfungsi eksekutif. Perlu dicatat bahwa secara klinis sulit membedakan DBL dan DPP satu sama lain. Namun, pada DBL, awitan demensia dan parkinsonisme terjadi dalam waktu satu tahun, sedangkan disfungsi motorik terjadi bertahun-tahun (10–15 tahun) sebelum awitan demensia.
*Silakan lihat bagan tata laksana penyakit Penyakit Parkinson & Demensia Penyakit Parkinson untuk informasi lebih lanjut
Demensia Frontotemporal (DFT)
DFT, juga dikenal sebagai degenerasi lobar fronto-temporal, terjadi pada pasien berusia 50–60 tahun. Orang dengan DFT merupakan porsi signifikan dari penyandang demensia berusia < 65 tahun. Pada tahap awal penyakit, pasien mengalami perubahan kepribadian, disertai penurunan keterampilan sosial, tumpul emosi, gangguan bahasa dini, disfungsi eksekutif, dan apati bermakna. Pasien dengan DFT mengalami penurunan progresif dalam keterampilan interpersonal, hilangnya responsivitas emosional, serta munculnya perilaku abnormal seperti disinhibisi, obsesi, ritual, stereotipi, dan perubahan pada pola makan serta fungsi nafsu lainnya. Kesulitan memori, apraksia, dan fitur demensia lainnya biasanya menyusul kemudian seiring progresi DFT. Tomografi terkomputasi (CT) otak atau pencitraan resonans magnetik (MRI) akan menunjukkan atrofi lobus frontal atau temporal anterior. Sementara tomografi emisi foton tunggal (SPECT) atau tomografi emisi positron (PET) akan menunjukkan hipoperfusi atau hipometabolisme fronto-temporal. Perjalanan DFT bersifat progresif dan lebih cepat dibanding pada PA.
Gangguan Demensia Progresif Lain
Penyakit Huntington
Penyakit Huntington adalah penyakit autosomal dominan yang terutama memengaruhi ganglia basalis dan struktur subkortikal lainnya. Penyakit ini bermanifestasi dengan gejala motorik (misalnya korea), mood, perilaku, dan kognitif.
Penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)
Penyakit ini ditandai oleh ensefalopati progresif cepat, penurunan kognitif cepat, dan kematian dalam 1.5 tahun.
PA (AD) adalah penyebab demensia tersering. Mayoritas pasien berusia 65 tahun atau lebih, sedangkan tipe familial, yang lebih jarang, dijumpai pada pasien berusia < 65 tahun. Pada PA (AD), gejala awal yang paling umum adalah gangguan memori jangka pendek, diikuti gangguan kognitif pada ranah lain beberapa tahun kemudian. Setelah kehilangan memori, terdapat kehilangan fungsi eksekutif, disfungsi bahasa, perubahan kepribadian dan perilaku, kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, dan kehilangan fungsi visuo-spasial. Gejala psikiatri seperti depresi, iritabilitas, kecemasan, apati, agitasi, dan agresi sering terjadi. Kejang dan mioklonus biasanya muncul pada tahap akhir penyakit.
Demensia Vaskular
Dilaporkan sebagai penyebab demensia kedua tersering, ini adalah tipe demensia yang disebabkan oleh efek penyakit serebrovaskular terhadap fungsi kognitif. Demensia vaskular dapat muncul secara mendadak atau dengan progresi bertahap. Pasien biasanya memiliki riwayat stroke atau tanda dan gejala neurologis fokal yang terkait. Ciri khas penyakit adalah gangguan menonjol pada fungsi eksekutif yang dapat disertai apraksia, penurunan progresif gaya berjalan, perhatian, dan perencanaan. Defisit kognitif akan bergantung pada bagian otak yang terdampak lesi vaskular. Demensia vaskular sering koeksis dengan PA (AD), dikenal sebagai demensia campuran, yang ditandai oleh demensia progresif bertahap terjadi pada konteks penyakit serebrovaskular yang sudah diketahui. Demensia vaskular onset muda dapat memiliki asal genetik.
Demensia dengan Badan Lewy (DBL)
DBL ditandai oleh demensia, fitur parkinsonian (misalnya bradikinesia, rigiditas, dan/atau instabilitas postural), fluktuasi kognisi, halusinasi visual yang menonjol dan berulang. DBL diketahui memiliki evolusi gejala yang lebih cepat dibanding PA. Dibandingkan dengan PA, pasien DBL memiliki lebih banyak masalah pada fungsi eksekutif seperti perencanaan, memprioritaskan dan pengurutan, serta gangguan fungsi visuospasial. Namun, pasien DBL memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memori verbal dibanding pasien PA. Fitur pendukung DBL termasuk sensitivitas neuroleptik, jatuh berulang, dan sinkop atau episode hilang kesadaran sementara. Awitan gejala kognitif terkait fitur parkinsonian adalah ≤ 1 tahun. Penting untuk mengenali DBL terkait reaksi yang mengancam jiwa, khususnya efek samping ekstrapiramidal, dari obat antipsikotik.
Demensia Penyakit Parkinson (DPP)
Risiko jangka panjang demensia pada pasien dengan penyakit Parkinson adalah 27% pada 10 tahun, 50% pada 15 tahun, dan 74% pada 20 tahun. DPP ditandai oleh perlambatan kognitif dan motorik, gangguan memori, dan disfungsi eksekutif. Perlu dicatat bahwa secara klinis sulit membedakan DBL dan DPP satu sama lain. Namun, pada DBL, awitan demensia dan parkinsonisme terjadi dalam waktu satu tahun, sedangkan disfungsi motorik terjadi bertahun-tahun (10–15 tahun) sebelum awitan demensia.
*Silakan lihat bagan tata laksana penyakit Penyakit Parkinson & Demensia Penyakit Parkinson untuk informasi lebih lanjut
Demensia Frontotemporal (DFT)
DFT, juga dikenal sebagai degenerasi lobar fronto-temporal, terjadi pada pasien berusia 50–60 tahun. Orang dengan DFT merupakan porsi signifikan dari penyandang demensia berusia < 65 tahun. Pada tahap awal penyakit, pasien mengalami perubahan kepribadian, disertai penurunan keterampilan sosial, tumpul emosi, gangguan bahasa dini, disfungsi eksekutif, dan apati bermakna. Pasien dengan DFT mengalami penurunan progresif dalam keterampilan interpersonal, hilangnya responsivitas emosional, serta munculnya perilaku abnormal seperti disinhibisi, obsesi, ritual, stereotipi, dan perubahan pada pola makan serta fungsi nafsu lainnya. Kesulitan memori, apraksia, dan fitur demensia lainnya biasanya menyusul kemudian seiring progresi DFT. Tomografi terkomputasi (CT) otak atau pencitraan resonans magnetik (MRI) akan menunjukkan atrofi lobus frontal atau temporal anterior. Sementara tomografi emisi foton tunggal (SPECT) atau tomografi emisi positron (PET) akan menunjukkan hipoperfusi atau hipometabolisme fronto-temporal. Perjalanan DFT bersifat progresif dan lebih cepat dibanding pada PA.
Gangguan Demensia Progresif Lain
Penyakit Huntington
Penyakit Huntington adalah penyakit autosomal dominan yang terutama memengaruhi ganglia basalis dan struktur subkortikal lainnya. Penyakit ini bermanifestasi dengan gejala motorik (misalnya korea), mood, perilaku, dan kognitif.
Penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD)
Penyakit ini ditandai oleh ensefalopati progresif cepat, penurunan kognitif cepat, dan kematian dalam 1.5 tahun.
